MENGUATKAN KESABARAN
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا
"Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)”. (Al-Quran Surat
Ali-'Imran ayat 200).
SABAR
ITU TIDAK BERBATAS, ketika seseorng masih meyakini dan terbiasa mengucapkan kata-kata "sabar ada batasnya", sesungguhnya itu
menunjukan masih belum tercapainya menjadi hamba yang penyabar.., mari selalu kita tingkatkan kesabaran kita.
MAKNA SABAR
Sabar
merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa
Indonesia. Asal katanya adalah "shabara", yang membentuk infinitif
(masdar) menjadi "shabran".
Secara bahasa, sabar berarti menahan
dan mencegah. Untuk Menguatkan definisi ini di sebutkan dalam Al-Qur’an,
Firman Allah yang artinya:
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.”(Terjemah Al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 28).
Perintah
bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan
"keluar" dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabnya serta selalu
mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai
pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang
yang lalai dari mengingat Allah سبحانه و تعالى.
Secara istilah sabar
adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian
menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari
perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar
adalah keteguhan bersama Allah سبحانه و تعالى , menerima ujian dari-Nya
dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam
Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan
Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan
ketidakmampuan.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara mengenai
kesabaran. Jika ditelusuri, terdapat 103 kali disebut dalam Al-Qur’an,
baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa
kesabaran menjadi perhatian Allah سبحانه و تعالى
PARA ULAMA MEMBAGI KESABARAN MENJADI 3:
A. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
Seseorang
yang tengah membina diri untuk bertqwa kepada Allah adakalanya akan
mendapat ejekan, hinaan dari orang-orang yang tidak taat.
Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ
فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ
اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, DAN YANG TIDAK TAKUT KEPADA CELAAN
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui."(Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 54).
B. Sabar untuk tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah.
Allah berfirman:
وَرَاوَدَتْهُ
الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ
وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ
مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
"Dan wanita
(Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya
berkata: "Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya
orang-orang yang zalim tiada akan beruntung."(Al-Quran Surat Yusuf ayat
23)
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ
بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
"Sesungguhnya wanita itu
telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba
Kami yang terpilih."(Al-Quran Surat Yusuf ayat 24)
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).(Al-Quran Surat An-Naaziaat ayat 40-41)
C. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah.
Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun",(Al-Qur'an Surat Al-Mulk ayat 2).
"Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi?"(Al-Quran Surat Al-Ankabuut ayat 2).
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
"Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta."(Al-Quran Surat Al-Ankabuut ayat
3).
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar".(Al-Quran Surat Al-Albaqarah ayat 155)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu)
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Quran Surat Al-Albaqarah
ayat45-46).
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ
الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ
اللَّهِ قَرِيبٌ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,
serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat". (Al-Quran Surat Al-Albaqarah ayat 214).
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman".(Al-Qur'an Surat Ali Imraan ayat 139).
Mencontoh Kesabaran Nabi Ayub 'Alaihi Salam
Sejenak
kita tadabburi bagaimana kesabaran istri Nabi Ayub 'Alaihi Salam dalam
merawat suaminya tercinta, yang bertahun-tahun mendapat cobaan dengan
kemiskinan dan sakit yang parah disekujur tubuhnya.
Ustad Afif Abdul
Fattah dalam kitabnya Ma'a Al-Anbiya' Fii Al-Qur'an ul Kariim,
menyebutkan bahwa para pakar sejarah dan ulama tafsir berpendapat bahwa
Nabi Ayub 'Alaihi Salam pada awalnya adalah seorang yang kaya raya
dengan berbagai ragam jenis hartanya : hewan ternak, budak, kebun dan
tanah yang luas. Disamping itu juga beliau mempunyai anak-anak dan
keluarga yang banyak.
Musibah beruntun yang menimpa Nabi Ayub
'Alaihi Salam diawali dengan dicabutnya harta kekayaannya, hingga
anak-anaknya meninggal dunia. Bahkan setelah itu sekujur tubuhnya
menderita sakit yang parah, hati dan lisannya saja yang digunakan untuk
mengingat Allah siang dan malam. Pada saat itu orang-orang mulai
mengambil jarak dengan beliau, hanya istrinya seorang yang selalu
menemaninya, merawatnya dengan baik. Membantunya dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Ini berlangsung cukup lama hingga harta
persediaan mereka pun habis. Hingga akhirnya istri Nabi Ayub pun bekerja
pada orang lain agar mendapat uang untuk makan mereka berdua.
Dr.
Aidh Abdullah al Qarni menukilkan bahwa ketika penyakit itu telah
begitu parah, Beliau berkata, "Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah ditimpa
penyakit, sedangkan Engkau adalah Yang Maha Penyayang dari semua
Penyayang." (Al-Quran Surat Al- Anbiya ayat 83)
Seolah-olah Beliau
'Alaihi Wasalam berkata "Ya Allah aku sakit, dan Engkaulah tabibnya.
Engkaulah Yang lebih Mengetahui apakah penyakit ini telah sampai pada
puncaknya dan telah tiba saatnya untuk diobati ataupun belum."
Nabi
Ayub 'Alaihi Wasalam tidak berkata, "Ya Tuhanku sesungguhnya aku
sekarang sedang sakit berat, maka lenyapkanlah penyakit itu sekarang
juga." tapi menyerahkan kepada-Nya Yang Maha Mengetahui yang terbaik
bagi hamba kesayangan...
Maka musibah apapun yang menimpa kita,
bukanlah artinya Allah سبحانه و تعالى benci kepada kita... namun
sebaliknya.. sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam,
"Tidaklah suatu cobaan menimpa seorang Muslim, seperti kegelisahan,
kesusahan, sakit perut, kesedihan, samapai tertusuk duri, melainkan
dengannya Allah akan menghapus dosa-nya." (HR Bukhari dan Muslim)
Nabi
Ayub 'Alaihi Wasalam hidup sejahtera selama 80 tahun, lalu setelah itu
menderita sakit selama 18 tahun. Ketika istrinya berkata, “Berdoalah
kepada Tuhanmu,” Nabi Ayub 'Alaihi Wasalam menjawab, “Aku malu kepada
Tuhan. Dia telah memuliakanku selama delapan puluh tahun, dan tidak bisa
bersabar selama delapan belas tahun?”
“Dan ingatlah kisah Nabi
Ayub 'Alaihi Salam, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Al-Quran Surat Al- Anbiya
ayat 83)
Nabi Ayub Ayub 'Alaihi Wasalam tidak berdoa, “Ya Allah,
bebaskan aku dari keadaan ini.” Akan tetapi, “Aku terserang penyakit,
sedangkan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang.”
Mari kita lanjutkan akhir kisah nabi Ayub 'Alaihi
Wasalam dan istrinya yang setia. Kali ini Ustadz Akhmad Khalil Jam'ah
dalam bukunya Istri-istri para Nabi, menuturkan :
Dikisahkan dalam
sebuah hadits dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Ayub 'Alaihi Salam
menderita sakit selama 18 tahun, sehingga beliau ditolak baik mereka
yang dekat maupun yang jauh. Hanya saudaranya saja yang kadang
menemuinya di pagi atau sore hari. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam
bersabda : Ayub biasa keluar untuk buang hajat. Jika Beliau usai buang
hajat, istri Beliau memegang tangan beliau. Pada suatu hari, istri
beliau terlambat datang kepada Beliau. Kemudian Allah سبحانه و تعالى
mewahyukan : "Hantamkanlah kakimu, inilah air sejuk untuk mandi dan
untuk minum". (Al-Quran Surat As-Shod ayat 42 ).
Lalu istri Ayub
'Alaihi Wasalam tiba di tempat Ayub 'Alaihi Salam yang sakit beliau
telah dihilangkan Allah dari beliau, dan sekarang lebih tampan dari
sebelumnya. Ketika istri Ayub 'Alaihi Salam. Melihat Ayub 'Alaihi
Salam., ia berkata : Semoga Allah memberkahimu, Apakah engkau melihat
nabi Allah yang diuji ? Demi Allah, aku tidak melihat orang yang mirip
dengan beliau daripada engkau jika beliau sehat. Ayub 'Alaihi Salam.
berkata : "Akulah Ayub" .
Kisah Nabi Ayub 'Alaihi Salam
menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan
bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan
kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi
Ayub. Jadi, Nabi Ayub 'Alaihi Salam menjadi simbol kesabaran dan cermin
kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bangsa, pada setiap agama,
dan pada setiap budaya. Allah سبحانه و تعالى telah memujinya dalam
kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang
yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhannya)." (Al-Quran Surat As-Shod ayat 44)
Al-Qur’an
al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak
cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan
bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga
manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat
disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub Ayub 'Alaihi Wasalam: “Maka
keluarlah iblis dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub 'Alaihi Wasalam
terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai
kepalanya.” Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang
nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan
seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: “Kemudian Iblis keluar
dari haribaan Tuhan kita,” sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui
bahwa Iblis telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah سبحانه و تعالى
menciptakan Adam 'Alaihi Salam. Maka kapan Iblis kembali keharibaan
Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di
hadapan suatu hakikat.
KISAH YANG POPULER tentang cobaan Nabi
Ayub 'Alaihi Salam dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para
malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana
ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: “Tidak ada di
muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub 'Alaihi Salam.
Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling
agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah سبحانه و
تعالى dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di
jalan-Nya. Iblis mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa
terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub 'Alaihi
Salam dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub 'Alaihi Wasalam
adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta
kepada Allah سبحانه و تعالى sehingga Iblis tidak mungkin mendapatkan
jalan untuk mengganggunya.
Ketika Iblis berputus asa dari
mengganggu Nabi Ayub 'Alaihi Salam, Iblis berkata kepada Allah سبحانه و
تعالى: “Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu
namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena
kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan
kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah
memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga
hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat
yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut
kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena
itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya
bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni
karena cinta.”
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah سبحانه و تعالى
berkata kepada Iblis : "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan
sejati imannya. Ayub 'Alaihi Salam menjadi teladan dalam keimanan dan
kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan
apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang
engkau lakukan".
Akhirnya, Iblis pergi dan mendatangi tanah Nabi
Ayub 'Alaihi Salam dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya.
Kemudian Iblis itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun
berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan
menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: “Oh musibah dari
Allah سبحانه و تعالى. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada
di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah سبحانه و تعالى
telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi
Allah سبحانه و تعالى atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia
mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian
sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan
Allah سبحانه و تعالى. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat.
Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia
memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut
kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang
dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya.” Kemudian
Nabi Ayub 'Alaihi Salam sujud dan Iblis tampak tercengang melihat
pemandangan tersebut.
Lalu Iblis kembali kepada Allah سبحانه و
تعالى dan berkata: “Ya Allah, jika Ayub 'Alaihi Salam tidak menerima
nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah
kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya
karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka
kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan
yang lebih mudah.” Riwayat mengatakan bahwa Allah سبحانه و تعالى
membolehkan bagi Iblis untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub
'Alaihi Salam. Kemudian Iblis menggoncangkan rumah yang di situ
anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan
demikian, Nabi Ayub 'Alaihi Salam berdialog kepada Tuhannya dan menyeru:
"Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia
memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan
manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub 'Alaihi Salam pun sujud dan iblis
lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu".
Iblis kembali
menemui Allah سبحانه و تعالى dan mengatakan bahwa Ayub 'Alaihi Salam
dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi
kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan
berhenti dari kesabarannya. Riwayat ini mengatakan bahwa Allah سبحانه و
تعالى menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub 'Alaihi Salam.
Dikatakan bahwa Iblis memukul tubuh Nabi Ayub 'Alaihi Salam dari
kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya
membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan
sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi
Nabi Ayub 'Alaihi Salam tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah سبحانه
و تعالى. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap
memuji Allah سبحانه و تعالى saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua
keadaan itu, Nabi Ayub 'Alaihi Salam tetap bersabar dan bersyukur kepada
Allah سبحانه و تعالى.
Melihat pemandangan itu, amarah Iblis
semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia
menceritakan tentang kisah Ayub 'Alaihi Salam dan meminta mereka
mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat
menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Salah
seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak
manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau
maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru.
Lalu ia pergi ke istri Ayub 'Alaihi Salam dan memenuhi hatinya dengan
rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: “Sampai
kapan Allah سبحانه و تعالى menyiksamu? Di mana harta, keluarga, teman
dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?”
Mendengar
perkataan isterinya itu, Nabi Ayub 'Alaihi Salam menjawab: “Sungguh
engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan
yang telah berlalu dan anak yang telah mati?” Perempuan itu berkata:
“Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan
darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?” Nabi Ayub
'Alaihi Wasalam berkata: “Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?”
Istrinya menjawab: “Delapan tahun.” Ayub 'Alaihi Salam berkata: “Berapa
lama kita mendapat penderitaan?” Istrinya menjawab: “Tujuh tahun.” Ayub
'Alaihi Salam berkata: “Aku malu jika aku meminta agar Allah سبحانه و
تعالى melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku.
Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah سبحانه و تعالى membuat
hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada
kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari
tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari
minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka
pergilah kau dariku".
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub 'Alaihi
Salam adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah سبحانه و تعالى.
Allah سبحانه و تعالى menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya,
keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang
fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia
ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti
kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia
merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua
itu dan tetap bersyukur kepada Allah سبحانه و تعالى
Sakit yang
dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan
hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya,
dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub 'Alaihi Salam merasakan segi
tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit,
kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu,
pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran Iblis.
Pikiran
itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya,
wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena
godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja
niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia
berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah سبحانه و تعالى mencintainya
niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat.
Demikianlah pemikiran yang jahat itu.
Iblis tidak mampu untuk
mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah سبحانه و تعالى
sebagaimana Allah سبحانه و تعالى tidak menjadikan cinta-Nya kepada
manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah سبحانه و
تعالى menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran
Iblis itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub 'Alaihi Salam seperti
berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau
mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya
beliau berkata: “Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti
bersabar, bersyukur, dan beribadah.” Akhirnya, pikiran jahat itu dengan
rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub 'Alaihi Salam. Nabi Ayub
'Alaihi Salam duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk
mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani
menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan
penyakitnya.
Istri Nabi Ayub 'Alaihi Wasalam datang dalam keadaan
terlambat dan mendapati Nabi Ayub 'Alaihi Salam dalam keadaan marah.
Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi
Ayub 'Alaihi Wasalam menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik
untuknya. Nabi Ayub 'Alaihi Salam bertanya padanya: “Dari mana engkau
mendapati uang?” Nabi Ayub 'Alaihi Salam telah bersumpah akan memukulnya
seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi
kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu
sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun
memakannya. Kemudian Nabi Ayub 'Alaihi Salam keluar menuju ke gunung
dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah Allah سبحانه و تعالى berfirman,yang artinya:
“Dan
ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya
aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman):
‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
(Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari
Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah
dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah
kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat
(hepada Tuhannya).” (Al-Quran Surat As-Shod ayat 41)
-44)
Bagaimana
kita memahami perkataan Nabi Ayub 'Alaihi Salam, “Sesungguhnya aku
diganggu Iblis dengan kepayahan dan siksaan.”? Nabi Ayub 'Alaihi Salam
ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian Iblis padanya di
mana Iblis membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya.
Demikianlah
pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan
mereka. Allah memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di
gunung.
Allah سبحانه و تعالى memerintahkannya agar beliau minum dari
mata air ini. Kemudian Nabi Ayub 'Alaihi Salam melaksanakan perintah
ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang
terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari
penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal
seperti biasanya. Allah سبحانه و تعالى memberikan kepada Ayub 'Alaihi
Salam dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat
dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub 'Alaihi Salam tidak kembali sendirian.
Allah سبحانه و تعالى memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan
dari sisi-Nya sehingga Ayub 'Alaihi Salam tidak menjadi fakir.
Yang
perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah
disampaikan oleh Al-Qur’an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub 'Alaihi
Salam. Al-Qur’an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada
kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah سبحانه و تعالى berfirman yang artinya:
"Dan
(ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami
kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah". (Al-Quran Surat Al-Anbiya’: 83-84)
Nabi
Ayub 'Alaihi Salam kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama
merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub 'Alaihi Salam bersyukur
kepada Allah سبحانه و تعالى. Beliau telah bersumpah untuk memukul
istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh.
Sekarang beliau sembuh maka Allah سبحانه و تعالى mengetahui bahwa beliau
tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai
melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah سبحانه و تعالى memerintahkannya
agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah
seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan
sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan
tidak berbohong. Allah سبحانه و تعالى membalas kesabaran Ayub 'Alaihi
Salam dan memujinya dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Al-Quran Surat As-Shod
ayat 44).
Subhannallah. Dapatkah Anda bayangkan kebahagiaan
seperti apa yang terpancar dari sepasang suami istri agung tersebut ?
Setelah mengarungi samudera ujian yang seolah tak bertepi, kini daratan
tempat berlabuh telah nampak dihadapan. Mereka berdua pantas berbahagia
atas prestasi kesabarannya yang akan tetap dikenang sepanjang masa.
Sungguh kisah ini mampu menghapus deretan kisah-kisah romantis yang
dipuja-puja banyak orang selama ini.
Indah sekali Al-Quran
menggambarkan suasana happy ending dalam kisah agung ini. Allah
berfirman yang artinya: " Dan kami anugerahi dia ( dengan
mengumpulkannya kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) pada mereka
sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai pikiran". (Al-Quran Surat As-Shod ayat 43) .
Semoga
kita termasuk mereka yang mampu mengambil pelajaran dari kisah di atas.
Kita berharap pada setiap musibah yang di ujikan kepada kita, dengan
kekuatan iman dan kesabaran ... menjadi semakin ditebarkanya kasih
sayang Allah سبحانه و تعالى untuk kita semua...Amiiin..
----------------------------------------------------------------------------------
--------semoga bermanfaat--------
Untuk Anggota Grup AHSANU QAWLAN Penyejuk Hati
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
(((~~~
Saat jiwa kita sangat mencintai kebenaran, maka rawatlah dengan
sebaik-baiknya, sehingga Allah juga berkenan merawat dan melindungi kita
untuk menjadi hamba-Nya yang selalu ber-istiqomah.
"Bersegeralah
beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam
yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu
sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia
menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad no: 8493)
"Bersegeralah
kamu dengan mengerjakan amalan-amalan (shalih) sebelum munculnya
berbagai macam fitnah (kerusakan/ penyimpangan dalam agama) yang
(gambarannya) seperti satu bagian malam yang gelap gulita, (sehingga)
ada seorang yang di waktu pagi dia masih memiliki iman tapi di waktu
sore dia telah menjadi orang yang kafir, dan (ada juga) yang di waktu
sore dia masih memiliki iman tapi besok paginya dia telah menjadi orang
yang kafir, dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia.” (HR. Muslim
no: 118).~~~)))
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar