IBU.., JASA
IBU BEGITU BESAR YANG TELAH MERAWATKU, MENYAYANGIKU SEPENUH HATI SEJAK
AKU DALAM KANDUNGAN HINGGA HARI INI DAN SELAMANYA, SEBERAPAPUN BESAR
UPAYAKU UNTUK MEMBALASNYA, TA'KAN PERNAH BISA SEPADAN...
------------------------------------------------------------------------------------
Berbakti Kepada Ibu.
Jangan
sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan kebaikan dan keridhaan
untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya.
Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu, berbaktilah, selagi masih ada
waktu…
Kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ
أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟
قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ
أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه , Beliau berkata,
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama
kali?’ Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut
kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Imam
Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan
dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya
dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu
kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan
pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil,
kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat
anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu
hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat
Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki
keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah).
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia
telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh
tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya
dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan dikatakan kepadanya),
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Yang
demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua
tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah
penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10).
Demikianlah
dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu
terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak
bisa dihitung.
Yah, kita mungkin tidak punya kapasitas untuk
menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya
menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan
dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang
dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.
Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya
Dari
Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang
sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di
punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,
إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
Orang
itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah
membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas
budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.”
(Adabul Mufrad no. 11; Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
Dalam sebuah riwayat diterangkan:
Dari Ibnu Abbas
رضي الله عنه bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata:
bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia
dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya
lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas
berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas
berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu
kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan
kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka
beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini
dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al
Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799))
Pada hadits di
atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang
sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu
taubat seseorang diterima Allah سبحانه و تعالى. Seperti dalam riwayat
di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh,
ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat,
Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena
menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan
paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana membunuh adalah termasuk
dosa yang dibenci Allah.
Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh
yang sangat bermanfa’at untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya,
berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga.
----------------------------------------------------------------------------------
Jangan Mendurhakai Ibu
Dalam sebuah hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
عن
المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم
عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال
وإضاعة المال
“Sesungguhnya Allah تعالى mengharamkan kalian
berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan
hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi
haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung
(desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Hadits
shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, Al-Maktabah
Asy-Syamilah).
Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut,
“Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena
perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu
adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan,
bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat
baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau
limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68).
Jika
seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah
anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa
menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu
kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan
terkena do’a ibunya.
----------------------------------------------------------------------------------
Buatlah Ibu Gembira
جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :
جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ،
فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا
أَبْكَيْتَهُمَا))
“Seseorang datang kepada Rasulullah صلى الله
عليه وسلم dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan
aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah
صلى الله عليه وسلم bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan
buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya
menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143),
Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))
----------------------------------------------------------------------------------
Jangan Membuat Ibu Marah
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.
“Dari
‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang
tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada
sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi صلى الله عليه وسلم ).
Kandungan
hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua
sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat
memancing kemurkaan mereka.
Seandainya ada seorang anak yang
durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan,
maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
ثَلاَثُ
دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ
عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.
“Ada
tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak
diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya,
(2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang
yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no.
32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372).
Firman Allah سبحانه و تعالى :
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً
وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى
إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي
ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15).
Ayat
diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya
ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada
umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30
bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (Lihat
Tafsiir ibni Katsir VII/280).
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي
عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Qs. Luqman : 14).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa
ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian
melahirkan dan selanjutnya menyusui.
Sementara, Imam Nawawi
menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena
kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah
Muslim XII : 11).
والله الموفّق إلى أقوم الطريق
وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين
--------semoga bermanfaat--------
Untuk Anggota Grup AHSANU QAWLAN Penyejuk Hati
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
(((~~~
Saat jiwa kita sangat mencintai kebenaran, maka rawatlah dengan
sebaik-baiknya, sehingga Allah juga berkenan merawat dan melindungi kita
untuk menjadi hamba-Nya yang selalu ber-istiqomah.
"Bersegeralah
beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam
yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu
sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia
menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad no: 8493)
"Bersegeralah
kamu dengan mengerjakan amalan-amalan (shalih) sebelum munculnya
berbagai macam fitnah (kerusakan/ penyimpangan dalam agama) yang
(gambarannya) seperti satu bagian malam yang gelap gulita, (sehingga)
ada seorang yang di waktu pagi dia masih memiliki iman tapi di waktu
sore dia telah menjadi orang yang kafir, dan (ada juga) yang di waktu
sore dia masih memiliki iman tapi besok paginya dia telah menjadi orang
yang kafir, dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia.” (HR. Muslim
no: 118).~~~)))
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar