KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM TERHADAP AL-QUR'AN
Menurut bahasa, "Qur’an" berarti "bacaan", pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Qur’an.
"Sesungguhnya
mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya
(pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya".(Terjemah Al-Qur'an Surat Al-Qiyamah, ayat 17-18).
Adapun
menurut istilah Al-Qur’an berarti: Kalam Allah سبحانه و تعالى yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad صلى الله
عليه وسلم melalui malaikat Jibril, yang disampaikan secara mutawatir dan
membacanya merupakan ibadah.
Al Quran adalah Kitab Allah سبحانه و
تعالى petunjuk kehidupan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Setiap
muslim dituntut untuk berinteraksi/bermu'ayasah dengannya, menjalin
keakraban, menjadi sahabatnya bahkan menjadi keluarganya yang siap
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan kalau perlu nyawa demi
isi Al-Quran.
Kewajiban setiap muslim terhadap Al-Quran:
Firman Allah سبحانه و تعالى yang artinya:
"Dan
sungguh akan Kami tempatkan di dalam jahanam kebanyakan jin dan
manusia, mereka memiliki hati tidak dipergunakan untuk menghayatinya
(ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata tidak dipergunakan untuk
melihatnya (ayat-ayat Allah),dan mereka memiliki pendengaran tidak
dipergunakan untuk mendengarnya (ayat-ayat Allah), mereka laksana
binatang ternak bahkan lebih buruk lagi, mereka itulah orang-orang yang
lalai". (QS. Al-A'raaf(7): 179).
1. Tilawah dan Tahsin
Tanggungjawab
pertama seorang muslim terhadap Al-Qur'an adalam ‘tilawah’. Tilawah
sering diartikan membaca. Sesuai dengan makna asal katanya yang berarti
mengikuti, maka makna tilawah tersebut adalah mengikuti setiap
huruf-demi huruf dengan segala tuntutan kesempurnaannya sebagaimana yang
dicontohkan yakni dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad صلى الله عليه
وسلم. Oleh karena itu tilawah yang berarti membaca, memiliki penekanan
makna bahwa membaca itu harus tepat dan benar sesuai dengan orisinalitas
bacaannya yang bersumber dari Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم,
dipraktikkan para sahabat dan dipelihara oleh para pengikut sunnahnya
yang setia. Dengan demikian, pada kata tilawah terkandung pula makna
tahsin. Tahsin menurut bahasa artinya membaguskan yakni membaguskan
bacaan Al-Qur'an sebagaimana standar-standarnya yang telah ditetapkan
dari sumbernya. Istilah Tahsin sering disebut dalam kitab-kitab
bertemakan tentang tajwid (aturan membaca Al-Qur'an) sebagai sinonim
kata tajwid, sementara menurut istilah, tajwid adalah mengeluarkan
huruf-demi huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan
mustahaknya. Hak huruf adalah kesempurnaan pengucapan huruf disertai
dengan kesempurnaan penerapan sifatnya sedangkan mustahak huruf adalah
mengaplikasikan hukum-hukum bacaan terutama ketika satu huruf
berhubungan dengan huruf lainnya.
2. Tahfizh
Tahfizh
Al-Qur'an adalah tanggung jawab berikutnya terhadap Al-Qur'an. Tahfizh
berarti menjaga dan memelihara Al-Qur'an terutama dengan cara
menghafalkannya atau dalam ingatan. Penjagaan dan pemeliharaanAl-Qur'an
dengan cara ini, lebih mendekatkan setiap muslim pada al Quran karena ia
dapat membacakannya di manapun kapan pun dengan mudahnya karena
Al-Qur'an sudah tersimpan dalam ingatannya dan kesempatan untuk
mendapatkan pahala pun semakin luas dan mudah. Adapun ayatAl-Qur'an dan
hadits-hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah Muhammad صلى الله
عليه وسلم banyak sekali yang mengindikasikan pentingnya menghafal
Al-Qur'an ini.
3. Tafhim
Tafhim merupakan tanggung
jawab seorang muslim terhadapAl-Qur'an yang ketiga. Tafhim berarti
memahami. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang mengingatkan bahwa fungsi
Al-Qur'an adalah sebagai petunjuk menuju keselamatan dunia dan akhirat
oleh karena itu menuntut setiap muslim untuk memahami dan mampu
mendalami maknanya dalam rangka menguak makna yang terdalam melaui
tafsir dan tadabbur. Tanpa upaya ini, maka keagungan Al-Qur'an tidak
akan dapat dirasakan dalam kehidupan.
4. Tathbiq
Tathbiq
Al-Qur'an merupakan tanggung jawab berikutnya. Tathbiq artinya adalah
merealisasikan dalam pengamalan. Penjagaan dan pemeliharaan Al-Qur'an
melalui hafalan adalah dalam rangka mendekatkan setiap muslim terhadap
kitab petunjuk kehidupannya. Melalui pemahaman yang mendalam, maka
nilai-nilai Al-Qur'an dapat berfungsi secara aplikatif dalam kehidupan
sehingga tujuan dapat tercapai, kebahagiaan dunia dan akhirat pun telah
mentaatinya.
5. Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan
artinya, nilai-nilai Al-Qur'an yang telah dipahami dan diaplikasikan
dalam kehidupan bukanlah semata-mata untuk mencapai kesalehan secara
pribadi saja tetapi setiap muslim pun dituntut untuk
mensosialisasikannya kepada masyarakat secara umum sebagai wujud
kepeduliaannya terhadap sesama.
Keutamaan Membaca-menghafat-menghayati-melaksanakan-menda'wahkan Al-Qur'an:
Dari
Abu Musa Al-Asy`arit berkata, Rasulullah bersabda: "Perumpamaan orang
mukmin yang membaca Al Qur`an bagaikan buah limau baunya harum dan
rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur`an
bagaikan kurma, rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang
munafik
yang membaca Al Qur`an bagaikan buah raihanah yang baunya harum dan
rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al
Qur`an bagaikan buah hanzholah tidak berbau dan rasanya pahit." (HR.
Muttafaqun 'Alaihi).
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah صلى
الله عليه وسلم bersabda: “Penghafal Al Quran akan datang pada hari
kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia,
kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran
kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan
jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah
dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah
dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari
setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi,
hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits
shahih).
Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi
penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah صلى
الله عليه وسلم bersabda, “Bacalah olehmu Al-Qur’an, sesungguhnya ia
akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya
(penghafalnya).”" (HR. Muslim).
Nabi صلى الله عليه وسلم
memberikan amanat pada para hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin
delegasi. Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW
sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan
mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal,
maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya,
“Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini.. surat
ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?”
Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah
kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i).
Nikmat
mampu menghafal Al-Qur’an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak
mendapatkan wahyu, “Barangsiapa yang membaca (hafal) Al Quran, maka
sungguh dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak
diwahyukan padanya.” (HR. Hakim)
Seorang hafizh Al Qur’an adalah
orang yang mendapatkan Tasyrif nabawi (Penghargaan khusus dari Nabi صلى
الله عليه وسلم). Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi صلى الله عليه وسلم
kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah perhatian yang khusus
kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al-Qur’an. Rasul mendahulukan
pemakamannya. “Adalah Nabi mengumpulkan diantara orang syuhada uhud,
kemudian beliau bersabda, :Manakah diantara keduanya yang lebih banyak
hafal Al-Quran, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliu
mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)
Hafizh
Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi. “Sesungguhnya
Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya,
“Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al-Qur’an.
Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
Siapa
yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti
cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan)
yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami
dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak
kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim)
“Dan
perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan ia hafal ayat-ayatnya
bersama para malaikat yang mulia dan taat.” (Muttafaqun alaih)
Dari
Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau
bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah
serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al Qur’an di dunia,
sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.” (HR. Abu Daud
dan Turmudzi)
Kepada hafizh Al-Qur’an, Rasul صلى الله عليه وسلم
menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah. Rasulullah SAW
bersabda, “Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak
hafalannya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang membaca satu huruf
dari Al-Qur’an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan
dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu
huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.”
(HR. At Turmudzi).
Bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki
rasa iri terhadap para ahlul Qur’an, “Tidak boleh seseorang berkeinginan
kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh
Allah kepadanya Al-Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan
siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata,
‘Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat
berbuat sebagaimana si fulan berbuat’ (HR. Bukhari).
----------------------------------------------------------------------------------
--------semoga bermanfaat--------
Untuk Anggota Grup AHSANU QAWLAN Penyejuk Hati
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
(((~~~
Saat jiwa kita sangat mencintai kebenaran, maka rawatlah dengan
sebaik-baiknya, sehingga Allah juga berkenan merawat dan melindungi kita
untuk menjadi hamba-Nya yang selalu ber-istiqomah.
"Bersegeralah
beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam
yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu
sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia
menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad no: 8493)
"Bersegeralah
kamu dengan mengerjakan amalan-amalan (shalih) sebelum munculnya
berbagai macam fitnah (kerusakan/ penyimpangan dalam agama) yang
(gambarannya) seperti satu bagian malam yang gelap gulita, (sehingga)
ada seorang yang di waktu pagi dia masih memiliki iman tapi di waktu
sore dia telah menjadi orang yang kafir, dan (ada juga) yang di waktu
sore dia masih memiliki iman tapi besok paginya dia telah menjadi orang
yang kafir, dia menjual agamanya dengan perhiasan dunia.” (HR. Muslim
no: 118).~~~)))
----------------------------------------------------------------------------------
***************************************************
----------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar